Seperti diketahui bersama Indonesia kaya akan adat dan budaya, salah satunya adalah ritual pernikahan. Ulasan kali ini akan membahas setidaknya 43 tradisi pernikahan unik yang dimiliki oleh berbagai suku di Indonesia, yaitu :
Baca Juga
Situs kado pernikahan unik, mewah, bermanfaat terlengkapBantal Custom untuk Hadiah PernikahanPaker hampers unik untuk kado pernikahan
Minang : Kegiatan lamaran dari pihak mempelai perempuan dan Malam Bainai
Di sini pihak mempelai perempuan lah yang akan meminang laki-laki. Untuk selanjutnya kedua belah pihak keluarga, saling bertukar buah tangan, sebagai simbol pengikat kedua mempelai.
Malam bainai sendiri adalah istilah lain dari malam melepas masa lajang oleh pengantin wanita, sekaligus memberikan pulasan kuku, menggunakan tanaman inai.
Ogan, Sumatra Selatan : Penghadangan
Sang mempelai pria akan diberi rintangan dan halangan menggunakan selendang panjang, ketika akan bertemu mempelai wanita. Agar bertemu, dirinya harus membawa berbagai macam benda yang diminta oleh penjaga pengantin perempuan.
Betawi : Tradisi palang pintu
Disini, pengantin laki-laki akan datang ke rumah mempelai wanita dengan membawa rombongan, dan sebelum masuk rumah, akan ada acara berbalas pantun dengan keluarga mempelai pengantin wanita yang ada di dalam rumah.
Osing : Kawin colong
Dalam adat suku Osing di Banyuwangi. Pasangan yang belum mendapat restu dari orangtua, dapat melakukan Kawin Colong. Dimana, calon mempelai pria akan menculik sang wanita, selama 24 jam. Kemudian memilih seorang Colok / orang kepercayaan yang dihormati, guna bernegosiasi dengan keluarga calon pengantin wanita, agar pernikahannya diizinkan.
Sasak : Kawin Culik
Calon mempelai pria dari suku Sasak, harus menculik calon istrinya sebelum menikah. Aksi penculikan ini, tentunya telah disetujui oleh pihak keluarga perempuan. Syaratnya, tidak boleh tertangkap. Jika tertangkap, penculikan dianggap gagal dan harus membayar denda.
Gunung Kidul : Kromojati
Sejak tahun 2007, calon mempelai pria di Desa Bohol, Gunung Kidul, harus menanamkan setidaknya 5 bibit pohon jati. Ini bukan sekedar mahar, namun lebih untuk mewujudkan kelestarian lingkungan.
Suku Tidung, Kalimantan Utara : Larangan ke toilet
Disini calon mempelai harus menahan buang air selama 72 jam atau 3 hari! Syarat ini dilakukan, sebagai harapan memperoleh pernikahan yang harmonis.
Jawa Tengah : Adol Dawet
Disini orang tua mempelai wanita akan berjualan dawet, bayarannya berupa pecahan genting dari para pembelinya.
Cirebon : Pugpugan
Pugpugan adalah lipatan ilalang atau daun kelapa tua, untuk ditaburkan pada kepala kedua mempelai, oleh orang tua pengantin wanita. Dengan harapan rumah tangganya kelak penuh kesetiaan dan rukun hingga tua.
Cilacap, Banyumas dan Purwokerto : Begalan
Disini sekelompok penari akan menari, sambil membawa berbagai alat rumah, disertai memberikan nasihat dan doa untuk kedua mempelai, yang dihantarkan dengan cara yang humoris dan penuh canda.
Batak : Sinamot
Adalah perundingan mas kawin oleh kedua belah pihak keluarga, untuk mengatur jumlah mahar atau mas kawin. Biasanya ditentukan dari tingkat edukasi, karier, atau juga status sosial dari keluarga gadis tersebut.
Aceh : Mayam
Dalam masyarakat Aceh, mas kawin diukur dalam satuan yang disebut Mayam, dan satu mayam setara dengan 3,37 gram emas.
Yogyakarta : Nyantri
Disini mempelai pria harus bermalam di sekitar kediaman calon mempelai wanita. Yang biasanya dititipkan ke rumah saudara atau tetangga. Tetapi, dirinya tidak boleh bertemu dengan calon istrinya, sampai hari pernikahan.
Kaili, Sulawesi Tengah : Nanggeni Balanja
Kali ini mempelai pria tidak hanya memberi uang pada pengantin perempuan, namun juga memberi sejumlah barang-barang keperluan sehari-hari sebagai tanda penghargaan, tanggung jawab dan penghormatan pada calon istrinya.
Banjarmasin : Bausung
Dalam prosesi arak-arakan pengantin di Banjarmasin, kedua mempelai akan duduk di bahu sepasang penari.
Melinting, Lampung : Sabaian
Proses Sabaian, adalah ritual bermaaf-maafan antar kedua pihak keluarga, dan kedua mempelai diberi gelar Adok untuk pria dan Inai untuk wanita.
Madura : Nyedek Temo
Acara Nyedek Temo, adalah ketika kedua keluarga bertemu, dan pasangan calon pengantin akan menyediakan hal-hal simbolik, dalam menetapkan tanggal pernikahan mereka.
Toraja : Urrampan Kapa’
Adalah bentuk perjanjian pra-nikah, dimana dua keluarga calon pengantin akan duduk bersama, guna mendiskusikan aturan pernikahan dan hukuman yang akan diberikan, apabila ada salah satu pasangan melanggar ketentuan komitmen pernikahan mereka.
Bali : “Tradisi Jual Beli”
Dalam upacara pernikahan Hindu di Bali ada yang namanya metuak-tuakan, disini mempelai wanita akan membawa bakul, yang nantinya akan dibeli oleh sang pria, sebagai simbol bahwa dalam kehidupan rumah tangga, pasangan suami-istri harus saling melengkapi.
Ambon : Maso Minta
Maso Minta atau Masuk Minta adalah tradisi dimana calon pengantin pria beserta keluarga akan berkunjung ke kediaman calon pengantin wanita. Yang sebelumnya sudah menerima sebuah “surat bertamu”, yang diwakili seorang juru bicara.
Aru : Lagu Rora
Dalam sebuah acara pernikahan di suku Aru, lagu yang dinyanyikan adalah lagu Rora. Di dalamnya, terdapat syair-syair yang menyatakan rasa syukur pada sang pencipta, dan leluhur atas keberhasilan mereka raih.
Jambi : Berusik sirih bergurau pinang
Merupakan tradisi masa awal perkenalan sang calon pasangan, dimana calon pengantin pria akan berkunjung guna menyampaikan rasa cinta kasih, dengan bahasa yang halus dan indah, bahkan seringkali dilakukan dengan pantun atau seloko dilantunkan.
Suku Rimba, Jambi : Bebalai
Dalam suku Rimba di Jambi, setelah proses lamaran yang disebut beindok semang selesai. Masyarakat akan beramai-ramai membuat bangunan, sebagai tempat berlangsungnya pernikahan.
Mandailing : Horja Haroan Boru
Pada akhir pesta pernikahan di Mandailing, terdapat simbol perginya kedua pengantin dari kediaman orang tuanya, yang disebut boru na ni oli. Dimana pengantin wanita akan menari tor-tor sebagai tanda perpisahan.
Minahasa : Upacara Bunga Putih
Adalah simbol kasih sayang dan penghormatan, dimana mempelai pria memberi bunga tangan berwarna putih. Bunga yang diberikan harus 9 tangkai, 9 buah yang mekar, dan 9 bunga yang kuncup.
Biak : Wafer dan Ararem
Adalah pemberkatan pernikahan oleh kepala adat / wafer. Dimulai dengan memberikan cerutu atau sebatang rokok untuk dihisap oleh kedua mempelai, yang dilanjutkan dengan saling menyuapi panganan ubi atau talas bakar, dan pernikahan akan dinyatakan sah.
Ararem, atau tradisi arak-arakan calon mempelai laki-laki dan keluarga, dengan membawa piring adat, guci, dll, termasuk bendera Indonesia!
Jawa : Pingitan
Adat pingitan adalah calon pengantin wanita tidak boleh meninggalkan rumah menjelang, beberapa hari sebelum pernikahannya.
Sumbawa : Basai
Dalam upacara pernikahan tersebut, ada prosesi Berupa, dimana para tamu memberikan uang logam dan membacakan puisi serta petuah pada kedua mempelai.
Suku Dani : Maweh
Maweh adalah pernikahan massal dari suku Dani, yang diadakan tiap 4 – 6 sekali. Disini para pengantin akan dikumpulkan, calon pengantin perempuan akan dijaga ketat dan dirias secara bersama-sama.
NTT : Tokencai
Dalam adat pernikahan NTT, mempelai wanita tidak hadir, dan harus dijemput oleh mempelai pria. Sang mempelai akan disembunyikan di kamar, bersama seorang perias pengantin. Ketika menjemput, calon pengantin pria harus berbalas pantun dan menyanggupi syarat yang diberikan oleh sang perias.
Dayak Iban : Melah Pinang
Melah Pinang sendiri adalah kegiatan berpindah dari 1 rumah ke rumah lainnya, jika rumah mempelai wanita ada di pinggiran sungai, maka sang pengantin pria akan menjemput menggunakan iring-iringan perahu, musik dan tarian.
Nias : Fanu’a bawi
Fanu’a Bawi sendiri adalah dimana pengantin wanita akan memilih babi terbaik, dari kumpulan babi yang dibawa mempelai pria. Adapun babi yang lolos seleksi, hanya babi yang beratnya lebih dari 100 kilo, tanpa cacat, memiliki ekor panjang, serta warna bulu yang rata.
Sunda, Jawa Barat : Meuleum Harupat
Meuleum Harupat adalah proses dimana mempelai pria memegang 7 batang lidi, untuk kemudian di sulut menggunakan api oleh sang istri. Kemudian pengantin pria akan mencelupkan lidi yang sudah terbakar tersebut dalam kendi berisi air, guna memadamkan apinya. Setelahnya dia akan mematahkan dan membuang lidi tersebut.
Lampung : Ngurukken Majeu (Ngekuruk)
Adalah tradisi di mana calon pengantin wanita akan menaiki kereta kuda / Tandu / Rato, menuju rumah mempelai laki-laki. Kemudian pengantin pria akan memegang tombak, lalu berjalan bersama sang calon istri di belakangnya.
Papua : Bakar Batu
Upacara bakar batu sendiri adalah cara mengucapkan syukur masyarakat Papua atas berkat yang melimpah.
Banjar : Badudus
Adalah ritual siraman yang akan dilakukan pada calon pengantin wanita atau wanita hamil. Ritual ini dilakukan oleh 5 -7 wanita lanjut usia, yang biasanya orang tua atau kerabat, dengan menggunakan berbagai macam bahan, seperti bunga, air kelapa, dll.
Bugis : Mappasikarawa
Setelah proses kedua mempelai sah menjadi suami istri, maka mempelai pria akan diantar ke kamar istri, dan kedua pasangan akan saling menyentuh atau bersalaman, sebagai simbol interaksi fisik pertama sebagai pasangan suami istri.
Bajo : Mas kawin kain putih
Dalam tradisi Bajo, seorang pengantin pria akan memberikan sehelai kain putih untuk calon istrinya. Tidak hanya itu, pengantin pria akan diantar menggunakan arak-arakan perahu.
Riau : Berinai
Tanda bahwa seorang wanita sudah menikah, maka dirinya akan diberi Inai, dan proses ini akan dilakukan pada malam hari.
Melayu Pontianak : Bebedakan
Dalam tradisi Melayu Pontianak, calon pengantin wanita selama selama 40 hari menjelang pernikahannya, akan mengenakan bedak khusus (bebedakan) dan dilarang untuk meninggalkan rumah.
Palembang : Menyenggung
Adalah acara dimana, calon mempelai pria akan mengutus orang kepercayaannya, ke kediaman calon mempelai wanita guna mendiskusikan tanggal lamaran. Tentu saja dengan membawa buah tangan.
Buton : Bakena Kao
Disini keluarga pengantin wanita akan membagikan uang, pada para perempuan yang belum menikah. Disebut dengan Bakena Kao, jika sang wanita lajang, membelanjakan uangnya untuk membeli benda atau makanan manis, maka ada akan segera menyusul menikah.
Belitung : Berebut Lawang
Adalah tradisi berbalas pantun, yang akan dilakukan melalui 3 pos, dan pos terakhir adalah kediaman calon mempelai wanita.